Bikin Bangga, Kacang Mete Wawonii Tembus Pasar India
Jumat, 11 April 2025 - 16:01 WIBFoto: Rafida Fauzia/detikcom
Meski terletak jauh dari pusat kota, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) atau yang dikenal dengan Pulau Wawonii memiliki beragam potensi alam. Salah satunya adalah sektor pertanian, di mana tanaman jambu mete yang tumbuh subur di pulau tersebut menjadi sumber penghidupan bagi warga lokal.
Salah seorang petani mete dari Desa Watuondo, Wawonii Timur Laut, Karsum, menjelaskan bahwa desanya telah lama dikenal sebagai daerah penghasil mete. Menurutnya, tanah di desa tersebut sangat subur untuk budidaya jambu mete.
Karsum mengungkapkan bahwa alasan memilih menanam mete adalah karena tanaman lain seperti cengkeh tidak cocok dengan kondisi tanah di wilayahnya. Ia bercerita bahwa dirinya pernah mencoba menanam cengkeh selama beberapa tahun, tetapi pohon-pohon tersebut mati setelah berbuah sekali. Daunnya pun layu, menandakan bahwa cengkeh tidak adaptif dengan lingkungan setempat. Sebaliknya, jambu mete justru tumbuh subur ketika ditanam di sana.
Selain mudah dibudidayakan, Karsum menjelaskan bahwa jambu mete juga memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan. Ia menceritakan bahwa pada suatu hari, ia bahkan berhasil meraup pendapatan hingga Rp1 juta hanya dari penjualan mete kering.
Dengan penuh syukur, Karsum menambahkan bahwa terkadang ia bisa memperoleh penghasilan sebesar Rp1,2 juta dalam sehari dari hasil panen mete tersebut.
Kacang mete khas Wawonii hingga saat ini tetap menjadi komoditas unggulan yang diminati banyak konsumen. Pada masa lalu, produk ini bahkan banyak diburu oleh pembeli dari India.
Darwis, Sekretaris Desa Watuondo, mengisahkan bahwa sekitar tahun 2000-an, banyak warga India yang membeli kacang mete dari desanya. Ia menjelaskan bahwa saat itu ia pernah bekerja dengan seorang bos asal India yang mengumpulkan kacang mete dari seluruh wilayah Wawonii untuk dibeli dan dipasarkan.
Namun, proses penjualannya tidak dilakukan secara sembarangan. Darwis menekankan bahwa kacang mete harus melalui proses sortir ketat terlebih dahulu. Syarat utamanya adalah kacang harus dijemur hingga benar-benar kering dan berwarna kemerahan. Kacang yang masih lunak atau belum kering sempurna akan ditolak oleh pembeli dari India.
Saat ini, produksi kacang mete di Wawonii tidak lagi dipasarkan ke India karena permintaan masyarakat lokal yang tinggi. Menurut Darwis, hal ini terjadi karena harga jual ke pasar India yang lebih tinggi dibandingkan harga lokal. Ia menjelaskan bahwa jika di Kendari harga mete mencapai Rp15.000 per kilogram, maka pembeli dari India bisa membayar hingga Rp20.000 per kilogram.
Darwis menyebutkan bahwa sistem penjualan ke India tersebut hanya bertahan selama tiga tahun. Ia mengungkapkan bahwa praktik tersebut dihentikan karena munculnya masalah dengan para tengkulak di Kendari yang melarang pembeli India beroperasi, akibat kesulitan memperoleh pasokan kacang mete.
Meskipun demikian, permintaan terhadap kacang mete Wawonii tetap tinggi. Proses pemasarannya pun menjadi lebih efisien berkat tersedianya akses internet dan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) oleh BAKTI Kemeterian Komunikasi dan Informatika.