Tari Tumatenden, Tari Yang Terinspirasi Cerita Rakyat Minahasa
Jumat, 11 Juni 2021 - 16:25 WIBFoto: seputarsulut
Tari Tumatenden adalah tarian yang diangkat dari cerita rakyat Minahasa yang terletak di Airmadidi, Minahasa Utara.
Dalam cerita ini menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Mamanua, orang pertama yang tinggal di sana dan dikenal sangat rajin dan ulet dalam mengolah kebunnya.
Suatu ketika, ia kemudian menemukan tempat yang sangat indah dan subur di kaki Gunung Temporok yang saat ini bernama Klabet.
Mamanua juga bertemu dengan 9 bidadari langit yang sedang mandi di kolam, bahkan juga mengambil hasil perkebunannya.
Melihat keadaan ini Mamanua kemudian timbul niat untuk mencuri salah satu selendang yang digunakan para bidadari untuk terbang.
Ternyata selendang yang diambil Mamanua itu milik bidadari bungsu bernama Lamalundung.
Kemudian Mamanua pergi ke Lamalundung dan juga membujuknya untuk menikah. Lamalundung kemudian menyetujui dengan syarat dan kemudian mereka menikah.
Seiring berjalannya waktu mereka kemudian dikaruniai seorang anak bernama Walansendow. Namun ketika kesepakatan yang mereka sepakati harus berakhir, dan Lamalundung harus meninggalkan Mamanua dan juga putra Walansendow.
Kemudian Mamanua membangun sembilan kolam pancuran di dekat tamannya dengan harapan para bidadari bisa kembali dan mandi di sana. Kolam sembilan air mancur ini kemudian diberi nama Tumatenden.
Sesuai fungsinya, tarian ini lebih sering difungsikan sebagai pertunjukan atau hiburan bagi masyarakat.
Gerakan dalam tarian ini menggambarkan sebuah kehidupan dalam cerita, sehingga dapat diartikan bahwa setiap gerakan dalam Tari Tumatenden ini merupakan visualisasi dari cerita sehingga tarian ini terasa lebih hidup, mudah dipahami dan dapat dinikmati dalam bentuk seni.
Dalam Pertunjukan Tari Tumatenden biasanya akan dimainkan oleh 7 atau 9 penari wanita dan 1 penari pria. Penari pria dalam tarian ini akan memerankan Mamanua dengan kostum layaknya petani. Sedangkan penari wanita akan berperan sebagai bidadari dengan mengenakan pakaian seperti bidadari dan memakai selendang yang digunakan dalam menari.
Dalam pertunjukan Tari Tumatenden ini biasanya dimulai dengan penari pria memasuki arena dan akan menari dalam gerakan yang menggambarkan kegiatan seorang petani, seperti bertani dan memancing.
Kemudian penari wanita memasuki arena dan menari di depan penari pria dengan gerakan selendang yang menggambarkan keceriaan para bidadari saat turun ke bumi.
Setelah itu, para penari wanita meletakkan selendangnya kemudian dilanjutkan dengan gerakan yang menggambarkan bidadari yang sedang mandi atau bermain air.
Kemudian penari laki-laki datang ke selendang dan kemudian mengambil salah satu selendang dari bidadari.
Setelah selesai dengan gerakan mandi, para penari wanita mengambil selendang mereka satu per satu dan memakainya kembali sambil menari.
Penari wanita yang tidak mendapatkan selendangnya menari dengan gerakan seperti kebingungan.
Kemudian penari pria datang dengan selendang yang telah dicuri dan mendekati penari wanita dengan gerakan seperti menggoda wanita.
Kemudian mereka menari bersama dengan gerakan romantis layaknya sepasang kekasih.
Di akhir tarian ini, para penari lainnya akan keluar arena dan dilanjutkan dengan sepasang penari.
Musik pengiring dalam pertunjukan Tari Tumatenden biasanya merupakan alat musik tradisional masyarakat Minahasa yaitu kolintang.
Namun ada juga beberapa alat musik seperti gitar, angklung, dan alat musik lainnya agar terdengar lebih menarik.
Musiknya biasanya disesuaikan dengan gerakan para penarinya sehingga terlihat kompak dan juga lebih hidup.