Inovasi Crispbread Sorgum sebagai Pangan Fungsional untuk Cegah Obesitas dan Diabetes
Minggu, 10 Agustus 2025 - 23:01 WIBDr. Aprilia Fitriani, S.TP., M.Sc., dosen Teknologi Pangan dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD), bersama tim peneliti meraih dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) tahun 2025.
Dilansir dari News UAD di situs Kumparan, Penelitian ini mengusung tema “Pemanfaatan Sorgum pada Produksi Crispbread sebagai Produk Pangan Fungsional Antiobesitas dan Antidiabetes dalam Mendukung Swasembada Pangan di Indonesia.”
Tim peneliti juga melibatkan Amalya Nurul Khairi, S.T.P., M.Sc. dari UAD, serta kolaborator eksternal dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Inasanti Pandan Wangi, S.T.
Penelitian ini menitikberatkan pada masalah obesitas dan diabetes, dua penyakit degeneratif yang kasusnya terus meningkat di seluruh dunia.
Dr. Aprilia menjelaskan bahwa kedua penyakit ini menjadi perhatian serius bagi organisasi kesehatan internasional, termasuk WHO dan Kementerian Kesehatan.
Menurutnya, langkah preventif melalui pangan fungsional adalah salah satu cara efektif untuk menekan angka kasus tersebut.
Sorgum dipilih sebagai bahan utama karena kandungan serat larutnya yang tinggi, bermanfaat untuk memberikan rasa kenyang lebih lama dan mengurangi asupan kalori berlebihan.
Karakteristik ini membuat sorgum relevan untuk membantu pencegahan obesitas dan diabetes. Dibandingkan dengan bahan pangan lokal lain, serealia ini memiliki keunggulan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Produk yang dikembangkan berupa crispbread, yaitu roti kering khas negara-negara Skandinavia. Walaupun belum populer di Indonesia, Dr. Aprilia melihat hal ini sebagai peluang inovasi.
Ia mengungkapkan bahwa pembahasan mengenai crispbread masih jarang, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Crispbread hasil penelitian ini nantinya akan disesuaikan dengan cita rasa lokal, seperti penambahan rempah, kayu manis, atau pewarna alami dari ubi bit. Untuk meningkatkan nilai gizi, tepung sorgum akan dikombinasikan dengan tepung kacang koro pedang sebagai sumber protein nabati.
Saat ini, penelitian masih berada pada tahap formulasi bahan, analisis kimia, dan uji sensorik. Apabila memperoleh pendanaan pada tahun berikutnya, penelitian akan dilanjutkan ke pengujian indeks glikemik dan tingkat kerenyahan.
Meskipun belum masuk ke tahap implementasi industri atau distribusi ke masyarakat, rencana tersebut telah dipersiapkan sebagai strategi jangka panjang.
Lebih dari sekadar inovasi pangan sehat, pemanfaatan sorgum juga dianggap sebagai langkah mendukung kemandirian pangan nasional.
Tanaman ini mampu tumbuh di lahan kering dan kurang subur, sehingga cocok dengan kondisi alam Indonesia.
Dr. Aprilia menambahkan bahwa jika produk ini diterima masyarakat, permintaan sorgum akan meningkat dan memberi dampak positif bagi pertanian serta perekonomian lokal.