Ahli Gizi Sarankan Program Makan Bergizi Gratis Menghindari Makanan Dengan Kandungan Gula Tinggi
Kamis, 21 Agustus 2025 - 19:23 WIBFoto: pixabay
Dr. Erna Kusuma Wati, SKM., M.Si, Ahli Gizi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, menilai bahwa pelaksanaan Menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu dikaji lebih mendalam, khususnya dalam hal kecukupan gizi untuk anak.
Secara konseptual, Erna memberikan apresiasi terhadap program MBG yang dinilainya sangat positif, karena memberikan asupan gizi langsung kepada anak sekolah sekaligus menjadi media edukasi mengenai pentingnya pola makan bergizi seimbang.
Namun, ia menekankan perlunya memastikan bahwa makanan yang disajikan dalam program tersebut telah memenuhi standar kebutuhan gizi anak sesuai dengan ketentuan kesehatan.
Erna mengungkapkan contoh kesuksesan program serupa yang telah diterapkan di beberapa negara seperti Finlandia, Prancis, dan Jepang.
Ia menjelaskan bahwa di Jepang, menu makanan sekolah dirancang langsung oleh para ahli gizi. Tujuannya tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi harian, tetapi juga untuk mencegah potensi obesitas pada anak sejak usia dini.
"Kekhawatiran justru muncul jika anak mendapat dua kali makan di sekolah, lalu masih makan dan jajan lagi di rumah, karena hal ini justru berpotensi memicu obesitas," jelas Erna.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa asupan gizi ideal untuk anak usia 6 hingga 12 tahun adalah sekitar 1.600 hingga 2.000 kilokalori per hari, dengan kebutuhan protein antara 35 hingga 50 gram.
Namun, Erna menyoroti beberapa menu MBG yang masih menyertakan roti atau produk kemasan dengan kandungan gula tinggi.
Menurutnya, pilihan tersebut kurang tepat karena justru berpotensi meningkatkan risiko obesitas akibat kadar gulanya yang berlebihan. Ia menyarankan agar menu program lebih disesuaikan dengan prinsip gizi seimbang, yang mencakup nasi, protein hewani dan nabati, lemak sehat, serta sayur dan buah.