JCFF 2025 Gerakkan Ekonomi Berbasis Komoditas
Minggu, 31 Agustus 2025 - 20:43 WIBFoto: pixabay
Perhelatan Semarak Java Coffee and Flavors Festival (JCFF) 2025 ditutup dengan kemeriahan di kawasan Kota Lama Surabaya pada Senin (23/8/2025) malam. Mengusung tema “Crafting Futures Through Local Flavors”, festival ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Ketua Dekranasda Jatim Arumi Bachsin Emil Dardak, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, serta Kepala Perwakilan BI Jatim, Ibrahim.
Acara dibuka dengan kunjungan tamu kehormatan ke berbagai stan pameran yang memamerkan produk-produk unggulan Jatim, seperti kopi, cokelat, dan rempah. Kemeriahan semakin terasa dengan pertunjukan teatrikal perjuangan arek-arek Surabaya di kawasan Jembatan Merah, yang menggambarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya melawan penjajah.
JCFF 2025 juga menampilkan fashion show yang menampilkan karya desainer UMKM binaan Bank Indonesia, termasuk merek fesyen Husna. Para model tampil memukai dengan busana bernuansa nusantara yang didesain secara modern. Sebagai apresiasi, Gubernur Khofifah memberikan penghargaan berupa bunga kepada para desainer sebagai bentuk dukungan terhadap kreativitas lokal yang diharapkan dapat go international.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menyatakan bahwa JCFF tahun ini terasa lebih istimewa dibanding tahun sebelumnya. Selain menampilkan sejarah kopi, festival juga mengangkat kekayaan komoditas lain seperti cokelat, cengkeh, dan rempah khas Jatim.
“Acara ini semakin bermakna karena digelar di kawasan Kota Tua Surabaya yang berpotensi menjadi destinasi wisata sejarah. Generasi muda, khususnya Gen Z, semakin tertarik pada warisan budaya yang penuh kenangan. Ini merupakan peluang besar bagi Surabaya dan Jawa Timur,” ujarnya.
Destry juga menyoroti potensi Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara. Data menunjukkan bahwa 86% ekspor kopi Pulau Jawa dilakukan melalui pelabuhan di Jawa Timur, sementara 48% produksi kopi Jawa bersumber dari provinsi ini. "Potensi kopi kita sangat besar. Kopi Excelsa asal Jawa Timur, misalnya, memiliki rasa khas yang digemari generasi muda. Di sisi lain, permintaan cokelat juga terus mengalami peningkatan, membuka peluang yang sangat menjanjikan," jelasnya.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa tantangan utama terletak pada kapasitas produksi. Banyak UMKM yang sudah menghasilkan produk berkualitas, tetapi belum mampu memenuhi permintaan skala besar. Oleh karena itu, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung UMKM melalui pelatihan, peningkatan mutu, adopsi teknologi digital, serta perluasan akses pasar global.
Hasilnya terbukti signifikan. Jika tahun lalu nilai transaksi pembiayaan dan perdagangan hanya mencapai Rp38 miliar, tahun ini angka tersebut melonjak hampir tiga kali lipat menjadi lebih dari Rp100 miliar. "Ini merupakan pencapaian yang membanggakan. Hilirisasi produk pangan, termasuk kopi, cokelat, dan rempah, harus menjadi prioritas untuk meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional," tegasnya.
Melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan para pelaku UMKM, Jawa Timur diyakini dapat menjadi penggerak ekonomi berbasis komoditas unggulan serta berperan sebagai pusat perdagangan baru yang strategis di Indonesia.